Sabtu, 28 April 2012

GOLONGAN YANG SELAMAT



                



Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai." (Ali Imran: 103) 

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32) 

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta'at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid'ah, sedang setiap bid'ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka)." (HR. Nasa'i dan At-Tirmi-dzi) 1.1 

Dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tem-patnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-jama'ah." (HR. Ahmad dan yang lain) 1.2 

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya." (HR. At-Tirmidzi) 1.3 

Ibnu Mas'ud meriwayatkan:
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, 'Ini jalan Allah yang lurus.' Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, 'Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya. Selanjutnya beliau membaca firman Allah , 'Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa." 1.4 (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa'i) 

Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah berkata, "... adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits)."
Allah Subhanahu Wa ta'alamemerintahkan agar kita berpegang teguh kepada Al-Qur'anul Karim. Tidak termasuk orang-orang musyrik yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan dan kelompok. Rasulullah mengabarkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani telah berpecah belah menjadi banyak golongan, sedang umat Islam akan berpecah lebih banyak lagi, golongan-golongan tersebut akan masuk Neraka karena mereka menyimpang dan jauh dari Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. Hanya satu Golongan Yang Selamat dan mereka akan masuk Surga. Yaitu Al-Jamaah, yang berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah yang shahih, di samping melakukan amalan para sahabat dan Rasulullah .
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk dalam golongan yang selamat (Firqah Najiyah). Dan semoga segenap umat Islam termasuk di dalamnya.

1.1At-Tirmi-dzi berkata hadits hasan shahih
1.2Al-Hafidh menggolongkannya hadits hasan
1.3Di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' 5219
1.4Al-An'am: 153

Sumber : al-Firqotun an - Najiyah ( Golongan Yang Selamat ) 
                Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Kamis, 19 April 2012

BERILAH PERINGATAN TENTANG HARI AKHIR




Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya. Wa Ba’du:

Kita akan merenungi sebuah ayat dari firman Allah di dalam kitab -Nya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِىَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ۬ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. (QS. Maryam: 39)

Allah Subhanahuwata’ala memerintahkan Nabi -Nya untuk memperingatkan manusia terhadap hari penyesalan dan kerugian, yaitu hari kiamat, di mana kerugian meningkat, penyesalan menjadi tinggi, adakah penyesalan yang lebih besar dari hilangnya keridhaan Allah pada hamba dan surga-Nya, lalu terjembab ke dalam kemurkaan -Nya serta kekal di dalam neraka -Nya pada saat seseorang sudah tidak bisa kembali lagi menuju dunia untuk memulai beramal. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

قُلۡ إِنَّ ٱلۡخَـٰسِرِينَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَہُمۡ وَأَهۡلِيہِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۗ أَلَا ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ

Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS. Al-Zumar: 15)

Ibnu Abbas berkata: Yaumul hasroh adalah salah satu nama dari nama hari kiamat, di mana Allah telah mengagungkannya dan memperingatkan para hamba dengannya.

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata tentang firman Allah:

وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (QS. Maryam: 39)

Dia berkata: Dialah hari kiamat dan beliau membaca firman Allah Subhanahuwata’ala:

أَن تَقُولَ نَفۡسٌ۬ يَـٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِى جَنۢبِ ٱللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّـٰخِرِينَ

Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang Aku Sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ), (QS. Al-Zumar: 56)

Dan firman Allah yang mengatakan: (إِذۡ قُضِىَ ٱلۡأَمۡرُ) yaitu setelah selesai perhitungan dan penghuni surga menuju ke surga sementara penghuni neraka telah dimasukkan ke neraka.

Dan firman Allah: (وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ۬) artinya dan mereka dalam kelalaian. Maksudnya adalah mereka lalai dengan kelezatan dan syahwat duniawi hingga meninggalkan beramal untuk hari penyesalan. Dan Firman Allah: (وَهُمۡ لَايُؤۡمِنُونَ) aratinya: dan mereka tidak (pula) beriman. Maksudnya mereka tidak membenarkan adanya hari kabangkitan setelah kematian dan kenikmatan abadi yang diberikan oleh Allah bagi mereka yang mentaati Allah, serta adzab yang pedih bagi orang yang bermaksiat kepada Allah.

Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra bahwa Nabi bersabda: Kematian di datangkan pada hari kiamat, seperti sebuah kambing kibas yang berwaran putih campur hitam (riwayat Abu Kuriab menambahkan: Lalu ditempatkan pada sebuah tempat di antara surga dan neraka) lalu dikatakan: Wahai penghuni surga apakah kalian mengetahui siapakah ini?. Maka merekapun saling berkerumuanan melihatnya dan mereka berkata: Ya, ini adalah kematian. Allah berfirman: Dan dikatakan: Wahai penghuni neraka apakah kalian mengetahui siapakah ini. Maka penghuni nerakapun saling berkerumun melihat dan mereka mengatakan: Ya, ini adalah kematian. Allah berfirman: Maka diperintahkan lalu disemblih. Allah berfirman: Wahai penghuni surga kekelan bagi kalian maka tidak ada kematian bagi kalian dan wahai penghuni neraka kekekalan bagi kalian dan tidak ada kematian bagi kalian. Perawi berkata: Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam membaca firman Allah Subhanahuwata’ala:

وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِىَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ۬ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara Telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. (QS. Maryam: 39)

Dan beliau menunjuk dengan tangannya kepada dunia”.

Imam Muslim menambahkan dari riwayat Ibnu Umar: Maka penenduduk surgapun semakain bertambah gembira sementara penghuni neraka semakin bertambah sedih”.

Pelajaran yang bisa dipetik dari ayat di atas adalah:

Pertama: Pada hari kerugian dan penyesalan tersebut orang-orang kafir menyesal dengan kekafirannya, orang yang zalim atas kezaliamannya, dan orang yang melalaikan ketaatan kepada Tuhannya atas kelalaiannya, namun penyesalan pada hari tersebut tidak berguna apapun. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ ٱلظَّـٰلِمِينَ مَعۡذِرَتُہُمۡۖ وَلَهُمُ ٱللَّعۡنَةُ وَلَهُمۡ سُوٓءُ ٱلدَّارِ

(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah la'nat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.

(QS. Mu’min: 52)

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَـٰلَيۡتَنِى ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلاً۬ (٢٧) يَـٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِى لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلاً۬ (٢٨) لَّقَدۡ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّڪۡرِ بَعۡدَإِذۡ جَآءَنِىۗ وَڪَانَ ٱلشَّيۡطَـٰنُ لِلۡإِنسَـٰنِ خَذُولاً۬ (٢٩

27. Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Seandainya (dulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". 28. Kecelakaan besarlah bagi -Ku; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). 29. Sesungguhnya dia Telah menyesatkan Aku dari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu Telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.

(QS. Al-Furqon: 27-29)

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

قَدۡ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱللَّهِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتۡہُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغۡتَةً۬ قَالُواْ يَـٰحَسۡرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطۡنَا فِيہَا وَهُمۡ يَحۡمِلُونَ أَوۡزَارَهُمۡ عَلَىٰ ظُهُورِهِمۡۚ أَلَا سَآءَمَا يَزِرُونَ


Sungguh Telah Rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.
(QS. Al-An’am: 31)

إِنَّآ أَنذَرۡنَـٰكُمۡ عَذَابً۬ا قَرِيبً۬ا يَوۡمَ يَنظُرُ ٱلۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ يَدَاهُ وَيَقُولُ ٱلۡكَافِرُ يَـٰلَيۡتَنِى كُنتُ تُرَٲبَۢا

Sesungguhnya kami Telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang Telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah". (QS. Al-Naba’: 40)


Kedua: Seharusnya bagi orang yang beriman untuk tidak tenggelam dalam kelalaian, akan tetapi hendaklah dia mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Tuhannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

مَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ ٱللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ لَأَتٍ۬ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang.

dan dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

(QS. Al-Ankabut: 5)

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS.Al-Hasyr: 18)


Ketiga: Pada hari penyesalan ini orang-orang kafir melihat bahwa diri mereka tidak tinggal di dunia kecuali sedikit. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ كَأَن لَّمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةً۬ مِّنَ ٱلنَّہَارِ

Dan (Ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) Hanya sesaat di siang hari, (QS. Yunus: 45)

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

كَأَنَّہُمۡ يَوۡمَ يَرَوۡنَہَا لَمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا عَشِيَّةً أَوۡ ضُحَٮٰهَا

Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.(QS. Al-Nazi’at: 46)

Keempat: Sesungguhnya di antara bentuk kerugian besar yang dirasakan oleh para penghuni neraka adalah bahwa salah seorang di antara mereka berangan-angan untuk menebus diri mereka dari api neraka dengan diri mereka, anak mereka dan seluruh manusia bahkan seluruh perbendaharaan dunia, padahal pada saat di dunia, mereka diperintahkan untuk mengerjakan apa yang lebih ringan darinya namun mereka tidak mampu mengerjakannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

يُبَصَّرُونَہُمۡۚ يَوَدُّ ٱلۡمُجۡرِمُ لَوۡ يَفۡتَدِى مِنۡ عَذَابِ يَوۡمِٮِٕذِۭ بِبَنِيهِ (١١) وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَأَخِيهِ (١٢) وَفَصِيلَتِهِ ٱلَّتِى تُـٔۡوِيهِ (١٣) وَمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعً۬ا ثُمَّيُنجِيهِ (١٤) كَلَّآۖ إِنَّہَا لَظَىٰ (١٥)

Sedang mereka saling memandang. orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, 12. Dan isterinya dan saudaranya,13. Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia).14. Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya Kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. 15. Sekali-kali tidak dapat, …

(QS. Al-Ma’arij: 11-15.)

Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٌ۬ فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡ أَحَدِهِم مِّلۡءُ ٱلۡأَرۡضِ ذَهَبً۬ا وَلَوِ ٱفۡتَدَىٰ بِهِۦۤۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ۬ وَمَا لَهُم مِّن نَّـٰصِرِينَ

Sesungguhnya orang-orang kafir yang mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, Maka tidaklah akan diterima dari

seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu.

bagi mereka Itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.

(QS. Ali Imron: 91)

Dari Anas bin Mali ra bahwa Nabi bersabda: Allah Subhanahuwata’ala berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan azabnya: Seandainya engkau memiliki dunia beserta isinya apakah engakau akan menebus dirimu dengannya?. Maka dia akan berkata: Ya. Lalu Allah berkata kepadanya: Aku telah menghendaki darimu menjalankan perbuatan yang lebih ringan dari hal tersebut padahal engkau masih berada di dalam sulbi Adam yaitu agar engkau tidak mempersekutukan Allah (aku mengira bahwa Nabi Muhammad sholallohu'alaihi wasallam berkata) dan aku tidak memasukkanmu ke dalam neraka, namun engkau enggan kecuali engkau mempersekutukan Allah”.

Kelima: Seyogyanya bagi orang yang beriman untuk menjaga keislaman dan keimanannya sampai kematiannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada -Nya;

dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

(QS. Ali Imron: 102)

Dan dari Aisyah Radhiyallohu'anha bahwa Nabi banyak berdo’a dengan mengatakan:

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك وطاعتك

“Wahai Tuhan yang Maha membolak-balikkan hati, palingkanlah hatiku kepada agamamu dan ketaatan kepadamu”.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallohu'anhu berkata: Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam bersabda:

اللهم مصرف القلوب صرف قلوبنا على طاعتك

“Ya Allah, Tuhan yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatanmu”.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya.

Judul : تدبر قول الله تعالى : وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ

Oleh: Dr. Amin Abdullah Asy-Syaqawy

Terjemah : Muzaffar Sahid Mahsun

Sumber : Assunah-Qatar.com

Selasa, 17 April 2012

JALAN KESELAMATAN



Ibnu Baththah menerangkan sebab bersatunya kalimat salaf : “Terus-menerus generasi pertama umat ini diatas (jalan) ini semua, (yakni) di atas persatuan hati dan kecocokan madzhab. Kitabullah (Al-Qur’an) sebagai penjaga mereka, sunnahnya Rasulullah sebagai imam mereka. Mereka tidak menggunakan pendapat-pendapat mereka dan tidak tergiur dengan hawa nafsu mereka. Maka terus-menerus manusia dalam keadaan demikian, hati-hati mereka terjaga dengan penjagaan Tuhan mereka, dan jiwa-jiwa mereka tertahan dari hawa nafsu dengan pertolongan Tuhannya.” (lihat Kitab Al-Ibanah 1/237).

Ketahuilah, semoga Allah merahmati kita, bahwasanya jalan yang menjamin bagi kita untuk mendapatkan kenikmatan Islam itu hanya satu dan tidak banyak, karena Allah menetapkan kebahagian hanya bagi satu golongan saja. Allah Ta’ala berfirman : “Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al- Mujadilah 22).


Dan Allah juga menetapkan kemenangan itu hanya bagi satu golongan, Allah menyatakan :“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai walinya, maka sesungguhnya golongan Allah itulah yang pasti menang.”(QS. Al-Maidah 56).

Dan kapanpun kita cari dalam Al-Qur’an serta dalam Al-Hadits, tidak akan kita jumpai memecah belah umat kepada jama’ah-jama’ah dan kelompok-kelompok kecuali pasti di cela (oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits tersebut,ed.).

Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah–belah agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum 31-32).

Dan bagaimana Allah Azza Wa Jalla akan meridhoi umat-Nya untuk berpecah belah setelah Allah menjaganya dangan tali-Nya, dan Allah juga yang melepaskan nabi-Nya dari hal tersebut, dan mengingatkannya (dari bahaya perpecahan tersebut, ed.). Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka berkelompok- kelompok, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah pada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. “(QS. Al-An’am : 159).

Muawwiyah bin Abi Sufyan berkata : Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdiri di antara kami lalu menyatakan : “Sesungguhnya ahlul kitab sebelum kalian berpecah (menjadi) dua belas millah (golongan), dan umat ini akan berpecah (menjadi) tiga belas, dua belas di neraka dan satu di surga, yaitu Al-Jama’ah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud).


Berkata Al-‘Amir Ash-Shan’ani rahmatullah : “Penyebutan jumlah pada hadits ini bukanlah untuk menerangkan tentang banyaknya orang-orang yang binasa, hanya saja hal itu menerangkan tentang luasnya jalan-jalan kesesatan dan cabang-cabangnya, serta (menerangkan bahwa) jalan kebenaran itu hanya ada satu. Dan serupa dengan itu adalah apa yang di sebutkan oleh para ulama tafsir dalam firman Allah : “Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan(yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am: 153).

Dan bahwasanya (Allah) menjamak (menggunakan lafadz As-Subul sebagai bentuk jamak / jumlah bilangan yang banyak, ed.) terhadap jalan –jalan yang di larang untuk mengikutinya, faedahnya adalah untuk menerangkan bercabangnya jalan-jalan kesesatan, banyak dan luasnya. Sedangkan Allah menunggalkan (menggunakan lafadz tunggal, ed.) terhadap jalan petunjuk dan kebenaran untuk (menerangkan) bahwa jalan kebenaran itu hanya satu dan tidak berbilang ( yakni tidak banyak dan bercabang-cabang jumlahnya, ed.).”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menggariskan satu garis (di atas tanah) pada kami lalu kami menyatakan : “Ini adalah jalan Allah “, kemudian beliau menggariskan beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya, lalu menyatakan : “Ini adalah jalan-jalan ( As-Subul, maknanya beberapa jalan yang banyak, ed.) dan di atas setiap jalan ini ada setan yang mengajak kepadanya”. Lalu beliau membaca (Firman Allah) : “Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am : 153).


Hadits dia atas menunjukkan dengan tegas bahwa jalan kebenaran itu hanya satu. Al-Iman Ibnu Qayyim berkata : “…….Karena jalan yang menyampaikan kepada Allah itu hanya satu, apa-apa yang diutus dengannya para Rasul-Nya, serta di turunkan dengannya kitab-kitab-Nya, tidak seorangpun yang sampai kepada Allah kecuali dengan satu jalan ini, Seandainya manusia itu mendatangi setiap jalan dan minta di bukakan pada setiap pintu, maka jalan-jalan mereka di halangi, serta pintu-pintu itu tertutup, kecuali dari satu jalan ini, maka sesungguhnya jalan itulah yang menyampaikan kepada Allah”.


Dari ucapan Ibnu Qayyim di atas jelas bagi kita bahwa yang di maksud dengan jalan itu adalah rukun kedua dari rukun-rukun tauhid setelah syaadat Laa Ilaaha illallah yaitu syahadat wa asyahadu anna Muhammad rasulullah, dan hal itu juga termasuk rukun kedua dari syarat-syarat di terimanya amalan, karena amalan itu tidak akan di terima kecuali dengan dua syarat, yaitu ikhlas dan mengikuti contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam.


Setelah jelas bagi kita bahwa jalan kebenaran itu hanya satu, maka tidak boleh bagi kita untuk menyatakan atau beranggapan bahwa jalan menuju Allah itu banyak sekali sejumlah nafas-nafas manusia, atau pertanyaan-pertanyaan yang lain yang sudah diketahui secara jelas dalam agama ini bahwasanya hal tersebut adalah salah. Dan agama ini datang untuk mempersatukan pemeluknya (dalam satu ikatan) dan tidak untuk memecahbelah. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan : “Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah, dan janganlah kalian berpecahbelah, serta ingatlah atas ni’mat Allah kepada kalian, ketika kalian (dahulu) bermusuhan, lalu Allah persatukan hati-hati kalian, menjadilah kalian dengan ni’mat Allah tersebut bersaudara.” (QS. Ali-Imran : 103).


Dan yang di maksud dengan hablullah (tali Allah) adalah Kitabullah (Al-Qur’an), sebagaimana dinyatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu : “Sesungguhnya jalan ini di hadiri oleh para setan yang menyeru : “Wahai hamba Allah, ayo kesini ! Ini adalah jalan (yang lurus)”, untuk menghalangi mereka dari jalan Allah. Maka berpegang teguhlah dengan tali Allah, karena sesungguhnya tali Allah itu adalah Kitabullah”.


Dari atsar diatas dapat kita anbil dua faedah :

Pertama : Bahwa jalan (yang lurus) itu hanya satu, dan setan berupaya untuk memecah belah manusia di sekitar jalan tersebut. Maka tidak ada cara yang paling baik untuk memecah belah manusia dengan ajaran bahwa jalan kebenaran itu banyak. Maka barang siapa yang melempar keragu-raguan kepada manusia dengan pertanyaan bahwa kebenaran itu tidak terbatas pada satu jalan saja, maka dia adalah setan. Dan Allah menyatakan : “Maka tidak ada setelah kebenaran itu kecuali adalah kesesatan.” (QS. Yunus : 32).

Kedua : Bahwa tali Allah yang di tafsirkan dengan Kitabullah yang wajib atas kaum muslimin untuk berpegang teguh dengannya dan bersatu di atasnya tidak bertentangan dengan ucapan Ibnu Mas’ud : “Shirothol mustaqim adalah apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan kami di atasnya. “(Atsar riwayat Imam At-Thabrani).

Hal tersebut di karenakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan bagi mereka Al- Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, sebagaimana yang beliau nyatakan : “Aku tinggalkan pada kalian apa-apa yang jika kalian berpegang teguh dengannya niscaya kalian tidak akan sesat setelahku selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan sunnahku.” (HR. Imam Malik dalam Al- Muwatho’).

Dan sunnahnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu juga termasuk wahyu, dan juga sebagai tafsir dari Al-Qur’an, bahwa sebaik-baiknya makhluk dan menafsirkan Al-Qur’an adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan : “Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikir untuk menjelaskan kepada manusia apa-apa yang Kami turunkan kepada mereka.” (QS. An-Najm : 3-4).


Rasulullah Shallallahu aliahi wa sallam menyatakan : “Ketahuilah, sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Qur’an dan yang semisalnya bersama Al-Qur’an itu. “ (Shahihul Musnad).

Hasan bin Athiyyah menyatakan : “Sesungguhnya Jibril menurunkan sunnah kepada Muhammad Shollalahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dia menurunkan Al-Qur’an.”

Oleh karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya jika terjadi perpecahan untuk berpegang dalam sunnah beliau Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan : “Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup sesudahku, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian (untuk berpegang teguh) dengan sunnahku dan sunnahnya khulafaur rasyidin al-mahdiyyin. Berpegang teguhlah kalian dengannya, dan gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham. Dan berhati-hatilah kalian dengan perkara-perkara yang diada-adakan adalah bi’dah.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ibnu Baththah menerangkan sebab bersatunya kalimat salaf : “Terus-menerus generasi pertama umat ini diatas (jalan) ini semua, (yakni) di atas persatuan hati dan kecocokan madzhab. Kitabullah (Al-Qur’an) sebagai penjaga mereka, sunnahnya Rasulullah sebagai imam mereka. Mereka tidak menggunakan pendapat-pendapat mereka dan tidak tergiur dengan hawa nafsu mereka. Maka terus-menerus manusia dalam keadaan demikian, hati-hati mereka terjaga dengan penjagaan Tuhan mereka, dan jiwa-jiwa mereka tertahan dari hawa nafsu dengan pertolongan Tuhannya.” (lihat Kitab Al-Ibanah 1/237).

Wallahu a’lam bish shawab

Sumber : BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya Edisi : 05/ Dzulqo’dah/ 1424

Dicopas dari : Assunnah-Qatar.Com