Kamis, 11 Agustus 2016

JANGAN BIARKAN MASJID MENJADI SEPI


Di seluruh pelosok negeri ini bertebaran masjid yang dibangun oleh kaum muslimin, baik yang berukuran kecil (langgar/surau ), sedang dan bahkan banyak pula yang besar-besar, baik dalam bentuk yang sederhana dan adapula yang mewah dengan arsitektur khas islami yang menarik. Dibangun dengan secara swadaya murni dan banyak pula yang dibangun dengan dana sebagian bantuan dari pemerintah. Yang lainnya pada tempat-tempat tertentu banyak pula masjid yang dibangun dengan sepenuhnya dibiayai dari anggaran pemerintah.
Kaum muslimin sepertinya berlomba-lomba untuk membangun masjid sebagai tempat beribadah, sehingga dalam satu kompleks perumahan kadang-kadang  dalam  hitungan hanya ratusan meter saja ditemui adanya bangunan masjid.
Pembangunan masjid-masjid yang dilakukan oleh kaum muslimin tersebut karena didorong dengan janji akan mendapatkan balasan pahala  sebagai mana disebutkan dalam hadits Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim  :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا حَدَّثَهُ أَنَّ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ عُبَيْدَ اللَّهِ الْخَوْلَانِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ
يَقُولُ عِنْدَ قَوْلِ النَّاسِ فِيهِ حِينَ بَنَى مَسْجِدَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ أَكْثَرْتُمْ وَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا قَالَ بُكَيْرٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
'Utsman bin 'Affan berkata di tengah pembicaraan orang-orang sekitar masalah pembangunan masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia katakan, "Sungguh, kalian telah banyak berbicara, padahal aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membangun masjid -Bukair berkata, "Menurutku beliau mengatakan- karena mengharapkah ridla Allah, maka Allah akan membangun untuknya yang seperti itu di surga."

Hadits lain yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab shahih beliau :
صحيح مسلم ٨٢٩: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ أَرَادَ بِنَاءَ الْمَسْجِدِ فَكَرِهَ النَّاسُ ذَلِكَ فَأَحَبُّوا أَنْ يَدَعَهُ عَلَى هَيْئَتِهِ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
Shahih Muslim 829: dari Mahmud bin Labid bahwa Utsman bin Affan bermaksud hendak merenovasi masjid, tetapi dicegah oleh orang banyak. Mereka lebih suka membiarkan masjid itu sebagaimana adanya. Maka dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam, bersabda 'Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah membuatkan (rumah yang mulia) di surga untuknya seperti masjid itu'."

Banyaknya masjid yang dibangun oleh kaum muslimin dengan mengorbankan begitu banyak harta  dalam rangka memperoleh ganjaran pahala , sehingga diperkirakan lebih  memudahkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat berjamaah. Tetapi perkiraan seperti itu tidak benar karena ternyata masjid yang dibangun tersebut tidak banyak jama’ahnya.
Beramai-ramai membangun masjid yang dilakukan  belum diikuti dengan upaya berbondong memakmurkannya . Sehingga masjid-masjid dimana-mana pada sepi pengunjung.

Masjid yang sepi dari jama’ah
Sebuah anekdot menggelitik pernah diucapkan orang ; “ jangankan masjid, gedung bioskop saja sekarang ini banyak yang bangkrut dan tutup  karena sepi bahkan tidak ada penontonnya lagi “ Anekdot tersebut ada benarnya . Karena umumnya masjid hanya berisi penuh pada waktu-waktu tertentu saja sedangkan waktu-waktu lainnya rata-rata shafnya kosong dari jama’ah.
Lihatlah bagaimana pada saat  hari raya jama’ah meluber sampai ke jalan-jalan raya karena masjid tidak dapat lagi menampung manusia untuk melakukan shalat ied berjama’ah. Meskipun masjid sudah dibangun dengan ukuran yang besar. Begitu juga disebagian masjid pada shalat jum’ah jama’ahnya banyak tidak mendapat shaf di dalam masjid sehingga mereka terpaksa membuat shaf di teras-teras. Selain itu masjid akan penuh sesak dengan pengunjung pada saat dilaksanakannya peringatan-peringatan hari-hari besar islam seperti peringatan maulid dan isra mi’rajd nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Atau apabila ada tablig akbar oleh ustadz kondang  dan  atau para habib. Kaum muslimin juga biasanya berbondong-bondong datang ke masjid apabila ada undangan menghadiri dzikir berjama’ah sekali gus untuk penyembuhan penyakit yang dipimpin oleh ustazd terkenal.
Lalu bagaimanakah gambaran suasana masjid-masjid pada hari-hari biasa ?  Jujur harus diakui bahwa kaum muslimin seharusnya prihatin melihat kondisi masjid sehari-harinya. Prihatin melihat banyaknya kaum muslimin yang lupa terhadap keberadaan masjid meskipun masjid itu berada didepan matanya.
Setiap memasuki waktu shalat fardhu kumandang azan menggema diseantero jagat yang didengungkan oleh para muajin diseluruh masjid menyeru, mengajak, mengundang dan mengingatkan kaum muslimin yang berada disekitar masjid agar segera mendatangi masjid untuk shalat berjama’ah. Tetapi sayang kumandang azan tersebut hanya ditanggapi oleh segelintir orang saja. Akibatnya shaf-shaf di masjid menjadi kosong melompong. Jama’ah yang hadir hanya mengisi sebagian shaf depan saja karena jumlahnya paling banyak dapat dihitung dengan jari-jari tangan dan kaki.
Suasana tersebut diatas merupakan kondisi nyata dari kehidupan masjid-masjid kaum muslimin sehari-hari  dinegeri ini, setiap dilakukannya shalat  fardhu berjama’ah kebanyakan kaum muslimin enggan mendatanginya meskipun masjid tersebut letaknya masih dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki.

Keutamaan memakmurkan masjid dengan shalat berjama’ah

Allah Ta’ala berfirman:

{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18).

Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allah Ta’ala, dalam semua bentuk pemakmuran masjid, bahkan perbuatan terpuji ini merupakan bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba.



Masjid adalah tempat yang di dalamnya dipenuhi oleh rahmat Allah ta’ala  dan para malaikat-Nya serta tempat berkumpulnya orang-orang yang shalih dari hamba-hamba-Nya. Rasulullah shallallahu’alaihi wassallam  telah menyebutkan di dalam banyak hadits tentang keutamaan orang yang berjalan menuju masjid. Di antaranya beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah l (masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah l, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim

Begitu pula disebutkan dalam sabdanya shalallahu’alaihi wasallam :
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
Barangsiapa menuju masjid pada waktu siang hari atau malam hari maka Allah l akan memberikan jamuan hidangan baginya di surga pada setiap siang dan malam.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid. Bahkan disebutkan pula di dalam hadits lainnya keutamaan orang duduk di masjid untuk menunggu didirikannya shalat. Yaitu bahwa selama dia menunggu shalat, dirinya mendapatkan keutamaan orang yang melakukan shalat dan malaikat senantiasa mendoakannya selama dirinya masih memiliki thaharah atau tidak batal sucinya. Nabi shalallahu’alaihi wasallam  bersabda:

لاَ يَزَالُ الْعَبْدُ فِي صَلاَةٍ مَا كاَنَ فِي مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ، وَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، حَتَّى يَنْصَرِفَ أَوْ يُحْدِثَ
Tetaplah seorang hamba dikatakan sebagai orang yang shalat selama dia berada di tempat shalatnya dalam keadaan dia menunggu ditegakkannya shalat. Dan malaikat akan berdoa untuknya seraya mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah dia dan rahmatilah dia’, sampai (hamba tersebut) meninggalkan masjid atau terkena hadats.” (HR. Muslim )

Hukum shalat jama’ah bagi pria adalah fardhu ‘ain menurut pendapat yang lebih kuat. Hal ini telah dijelaskan oleh Rumaysho.Com pada tulisan “Hukum Shalat Jama’ah”. Sedangkan bagi wanita tidaklah dihukumi wajib sebagaimana diterangkan dalam tulisan “Shalat Jama’ah bagi Wanita”, bahkan shalat wanita lebih baik di rumahnya. Sedangkan hadits ini yang menerangkan pahala shalat jama’ah 20 sekian derajat daripada shalat sendirian tidak menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu sunnah (dianjurkan). Dalil lain menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu wajib ‘ain karena ada ancaman keras bagi yang meninggalkan shalat jama’ah dan orang buta yang mendengar adzan masih disuruh untuk menghadiri shalat jama’ah.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali hafizhohullah berkata, “Orang yang melaksanakan shalat sendirian masih sah, namun dihukumi berdosa karena ia telah meninggalkan shalat berjama’ah. Wallahu a’lam.” (Lihat Bahjatun Nazhirin, 1: 38). Ini tentu bagi yang meninggalkan shalat jama’ah tanpa ada uzur.
Shalat jama’ah memiliki keutamaan dibanding shalat sendirian dengan selisih 27 derajat sebagaimana sering kita dengar. Inilah keutamaan shalat jama’ah tersebut. Disamping itu, orang yang menunggu shalat di masjid juga akan mendapat pahala dan do’a malaikat. Begitu pula ketika seseorang sudah berjalan dari rumahnya menuju masjid, itu pun sudah dihitung pahalanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
Shalat seseorang dengan berjama’ah lebih banyak pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 20 sekian derajat. Sebab, seseorang yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan untuk shalat, tiap ia melangkah satu langkah maka diangkatkan baginya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya, sampai ia masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid, ia dianggap mengerjakan shalat selama ia menunggu hingga shalat dilaksanakan. Para malaikat lalu mendo’akan orang yang senantiasa di tempat ia shalat, “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah dosa-dosanya, terimalah taubatnya.” Hal itu selama ia tidak berbuat kejelekan dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari no. 477 dan Muslim no. 649).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab shahih beliau disebutkan :
صحيح البخاري ٦٢٢: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنْ الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
Shahih Bukhari 622: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Mutharrif dari Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa datang ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya tempat tinggal yang baik di surga setiap kali dia berangkat ke masjid di pagi dan sore hari.

Rasullullah shallahu’alaihi wasallam bersabda :

صحيح مسلم ١٠٧٦: هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
Shahih Muslim 1076:, telah menceritakan kepadaku Al Harits dari Abdurrahman bin Mihran, mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar."

Samarinda kota tepian , 24 Syawal 1437 H/ 30 Juli 2016
Abu Farabi al-Banjari
Sumber:
1.Al-Qur’an dan terjemahan, www.Salafidb.4.0
2.Ensiklopedi Kitab Hadits 9 Imam, www.Lidwapusaka

3.Artikel Rumaysho.com