Di seluruh pelosok
negeri ini bertebaran masjid yang dibangun oleh kaum muslimin, baik yang
berukuran kecil (langgar/surau ), sedang dan bahkan banyak pula yang
besar-besar, baik dalam bentuk yang sederhana dan adapula yang mewah dengan
arsitektur khas islami yang menarik. Dibangun dengan secara swadaya murni dan
banyak pula yang dibangun dengan dana sebagian bantuan dari pemerintah. Yang
lainnya pada tempat-tempat tertentu banyak pula masjid yang dibangun dengan
sepenuhnya dibiayai dari anggaran pemerintah.
Kaum muslimin
sepertinya berlomba-lomba untuk membangun masjid sebagai tempat beribadah,
sehingga dalam satu kompleks perumahan kadang-kadang dalam
hitungan hanya ratusan meter saja ditemui adanya bangunan masjid.
Pembangunan
masjid-masjid yang dilakukan oleh kaum muslimin tersebut karena didorong dengan
janji akan mendapatkan balasan pahala
sebagai mana disebutkan dalam hadits Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
سُلَيْمَانَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ بُكَيْرًا حَدَّثَهُ
أَنَّ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ عُبَيْدَ اللَّهِ
الْخَوْلَانِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ
يَقُولُ عِنْدَ قَوْلِ النَّاسِ
فِيهِ حِينَ بَنَى مَسْجِدَ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ
أَكْثَرْتُمْ وَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا قَالَ بُكَيْرٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ
اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
'Utsman bin 'Affan berkata di tengah pembicaraan orang-orang
sekitar masalah pembangunan masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia
katakan, "Sungguh, kalian telah banyak berbicara, padahal aku mendengar
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membangun masjid
-Bukair berkata, "Menurutku beliau mengatakan- karena mengharapkah ridla
Allah, maka Allah akan membangun untuknya yang seperti itu di surga."
Hadits lain yang
diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab shahih beliau :
صحيح مسلم ٨٢٩: حَدَّثَنَا
زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى
قَالَا حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ
حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ
أَرَادَ بِنَاءَ الْمَسْجِدِ فَكَرِهَ النَّاسُ ذَلِكَ فَأَحَبُّوا أَنْ يَدَعَهُ عَلَى
هَيْئَتِهِ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
Shahih Muslim 829: dari Mahmud bin Labid bahwa Utsman bin Affan
bermaksud hendak merenovasi masjid, tetapi dicegah oleh orang banyak. Mereka
lebih suka membiarkan masjid itu sebagaimana adanya. Maka dia berkata,
"Aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam, bersabda 'Siapa yang
membangun masjid karena Allah, maka Allah membuatkan (rumah yang mulia) di
surga untuknya seperti masjid itu'."
Banyaknya masjid yang
dibangun oleh kaum muslimin dengan mengorbankan begitu banyak harta dalam rangka memperoleh ganjaran pahala , sehingga
diperkirakan lebih memudahkan kaum
muslimin untuk melaksanakan shalat berjamaah. Tetapi perkiraan seperti itu
tidak benar karena ternyata masjid yang dibangun tersebut tidak banyak
jama’ahnya.
Beramai-ramai membangun
masjid yang dilakukan belum diikuti
dengan upaya berbondong memakmurkannya . Sehingga masjid-masjid dimana-mana
pada sepi pengunjung.
Masjid
yang sepi dari jama’ah
Sebuah anekdot
menggelitik pernah diucapkan orang ; “ jangankan masjid, gedung bioskop saja
sekarang ini banyak yang bangkrut dan tutup
karena sepi bahkan tidak ada penontonnya lagi “ Anekdot tersebut ada
benarnya . Karena umumnya masjid hanya berisi penuh pada waktu-waktu tertentu
saja sedangkan waktu-waktu lainnya rata-rata shafnya kosong dari jama’ah.
Lihatlah bagaimana pada
saat hari raya jama’ah meluber sampai ke
jalan-jalan raya karena masjid tidak dapat lagi menampung manusia untuk
melakukan shalat ied berjama’ah. Meskipun masjid sudah dibangun dengan ukuran
yang besar. Begitu juga disebagian masjid pada shalat jum’ah jama’ahnya banyak
tidak mendapat shaf di dalam masjid sehingga mereka terpaksa membuat shaf di
teras-teras. Selain itu masjid akan penuh sesak dengan pengunjung pada saat
dilaksanakannya peringatan-peringatan hari-hari besar islam seperti peringatan
maulid dan isra mi’rajd nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Atau
apabila ada tablig akbar oleh ustadz kondang dan
atau para habib. Kaum muslimin juga biasanya berbondong-bondong datang
ke masjid apabila ada undangan menghadiri dzikir berjama’ah sekali gus untuk
penyembuhan penyakit yang dipimpin oleh ustazd terkenal.
Lalu bagaimanakah
gambaran suasana masjid-masjid pada hari-hari biasa ? Jujur harus diakui bahwa kaum muslimin
seharusnya prihatin melihat kondisi masjid sehari-harinya. Prihatin melihat
banyaknya kaum muslimin yang lupa terhadap keberadaan masjid meskipun masjid
itu berada didepan matanya.
Setiap memasuki waktu
shalat fardhu kumandang azan menggema diseantero jagat yang didengungkan oleh
para muajin diseluruh masjid menyeru, mengajak, mengundang dan mengingatkan
kaum muslimin yang berada disekitar masjid agar segera mendatangi masjid untuk
shalat berjama’ah. Tetapi sayang kumandang azan tersebut hanya ditanggapi oleh
segelintir orang saja. Akibatnya shaf-shaf di masjid menjadi kosong melompong.
Jama’ah yang hadir hanya mengisi sebagian shaf depan saja karena jumlahnya
paling banyak dapat dihitung dengan jari-jari tangan dan kaki.
Suasana tersebut diatas
merupakan kondisi nyata dari kehidupan masjid-masjid kaum muslimin sehari-hari dinegeri ini, setiap dilakukannya shalat fardhu berjama’ah kebanyakan kaum muslimin
enggan mendatanginya meskipun masjid tersebut letaknya masih dapat dijangkau
hanya dengan berjalan kaki.
Keutamaan
memakmurkan masjid dengan shalat berjama’ah
Allah Ta’ala berfirman:
{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ
اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ
فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah
yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah
Ta’ala)” (QS At-Taubah: 18).
Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan
memakmurkan masjid yang didirikan karena Allah Ta’ala, dalam semua bentuk
pemakmuran masjid, bahkan perbuatan terpuji ini merupakan bukti benarnya iman
dalam hati seorang hamba.
Masjid adalah tempat yang di dalamnya dipenuhi oleh
rahmat Allah ta’ala dan para
malaikat-Nya serta tempat berkumpulnya orang-orang yang shalih dari
hamba-hamba-Nya. Rasulullah shallallahu’alaihi wassallam telah menyebutkan di dalam banyak hadits
tentang keutamaan orang yang berjalan menuju masjid. Di antaranya beliau shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ
مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ
إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah
satu rumah dari rumah-rumah Allah l (masjid) untuk menunaikan salah satu
kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah l, maka kedua langkahnya salah satunya
akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim
Begitu pula disebutkan dalam sabdanya shalallahu’alaihi
wasallam :
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللهُ
لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
“Barangsiapa menuju masjid pada waktu siang hari atau malam hari maka
Allah l akan memberikan jamuan hidangan baginya di surga pada setiap siang dan
malam.” (HR. Muslim)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menunjukkan
keutamaan berjalan ke masjid. Bahkan disebutkan pula di dalam hadits lainnya
keutamaan orang duduk di masjid untuk menunggu didirikannya shalat. Yaitu bahwa
selama dia menunggu shalat, dirinya mendapatkan keutamaan orang yang melakukan
shalat dan malaikat senantiasa mendoakannya selama dirinya masih memiliki
thaharah atau tidak batal sucinya. Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَزَالُ الْعَبْدُ فِي صَلاَةٍ مَا كاَنَ فِي مُصَلاَّهُ
يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ، وَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ
ارْحَمْهُ، حَتَّى يَنْصَرِفَ أَوْ يُحْدِثَ
“Tetaplah seorang hamba dikatakan sebagai orang yang shalat selama
dia berada di tempat shalatnya dalam keadaan dia menunggu ditegakkannya shalat.
Dan malaikat akan berdoa untuknya seraya mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah dia
dan rahmatilah dia’, sampai (hamba tersebut) meninggalkan masjid atau terkena
hadats.” (HR. Muslim )
Hukum shalat jama’ah bagi pria adalah fardhu ‘ain
menurut pendapat yang lebih kuat. Hal ini telah dijelaskan oleh Rumaysho.Com
pada tulisan “Hukum Shalat Jama’ah”. Sedangkan bagi wanita tidaklah dihukumi
wajib sebagaimana diterangkan dalam tulisan “Shalat Jama’ah bagi Wanita”,
bahkan shalat wanita lebih baik di rumahnya. Sedangkan hadits ini yang
menerangkan pahala shalat jama’ah 20 sekian derajat daripada shalat sendirian
tidak menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu sunnah (dianjurkan). Dalil
lain menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu wajib ‘ain karena ada ancaman
keras bagi yang meninggalkan shalat jama’ah dan orang buta yang mendengar adzan
masih disuruh untuk menghadiri shalat jama’ah.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali hafizhohullah
berkata, “Orang yang melaksanakan shalat sendirian masih sah, namun dihukumi
berdosa karena ia telah meninggalkan shalat berjama’ah. Wallahu a’lam.” (Lihat Bahjatun
Nazhirin, 1: 38). Ini tentu bagi yang meninggalkan shalat jama’ah tanpa ada
uzur.
Shalat jama’ah memiliki keutamaan dibanding shalat
sendirian dengan selisih 27 derajat sebagaimana sering kita dengar. Inilah
keutamaan shalat jama’ah tersebut. Disamping itu, orang yang menunggu shalat di
masjid juga akan mendapat pahala dan do’a malaikat. Begitu pula ketika
seseorang sudah berjalan dari rumahnya menuju masjid, itu pun sudah dihitung
pahalanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ
فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ
أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ
إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ
لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا
دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ
يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ
اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ
فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
“Shalat seseorang dengan berjama’ah lebih banyak pahalanya
daripada shalat sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 20 sekian
derajat. Sebab, seseorang yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke
masjid dengan tujuan untuk shalat, tiap ia melangkah satu langkah maka
diangkatkan baginya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya, sampai ia masuk
masjid. Apabila ia berada dalam masjid, ia dianggap mengerjakan shalat selama
ia menunggu hingga shalat dilaksanakan. Para malaikat lalu mendo’akan orang
yang senantiasa di tempat ia shalat, “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah
dosa-dosanya, terimalah taubatnya.” Hal itu selama ia tidak berbuat kejelekan
dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari no. 477 dan Muslim no. 649).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari dalam kitab shahih beliau disebutkan :
صحيح البخاري ٦٢٢: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنْ الْجَنَّةِ
كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
Shahih Bukhari 622: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin
'Abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Mutharrif dari Zaid bin Aslam dari
'Atha bin Yasar dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa datang ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah
akan menyediakan baginya tempat tinggal yang baik di surga setiap kali dia
berangkat ke masjid di pagi dan sore hari.
Rasullullah shallahu’alaihi wasallam bersabda :
صحيح مسلم ١٠٧٦: هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى
اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
Shahih Muslim 1076:, telah menceritakan kepadaku Al Harits dari Abdurrahman bin Mihran,
mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang
paling Allah benci adalah pasar."
Samarinda kota tepian , 24 Syawal 1437 H/ 30 Juli
2016
Abu Farabi al-Banjari
Sumber:
3.Artikel Rumaysho.com