M U K A D D I M A H :Sesungguhnya, segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kami meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, yang tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusannya.
Jumat, 14 Oktober 2011
BER'AQIDAHLAH YANG BENAR, JANGAN DICAMPUR DENGAN TRADISI SYIRIK
Disusun oleh : Musni Japrie
P e n d a h u l u an
Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa selama beberapa bulan terakhir ini dibeberapa tempat mengalami kekeringan air karena musim kemarau, sehingga menyulitkan sebagian besar masyarakat dipelosok pedesaan yang tidak mememiliki sumber air kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari untuk konsumsi mereka. Sehingga mereka harus rela berjalan kaki berkilo-kilo meter menuju tempat-tempat yang ada sumber airnya meskipun sangat kercil sekali debet dan mereka terpaksa juga hbarus mengantri dan berebut menyidukkan gayung ke sumber air tersebut. Tidak pandang bulu, orang dewasa, anak-anak, laki-laki atau perempuan bahkan yang sudah jompopun terpaksa harus berikhtiar memperoleh air. Demikian yang hampir setiap hari kita ikuti informasinya dari berita tayangan hampir seluruh media televisi
Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat dipulau Jawa untuk mengatasi kesulitan air antara lain dengan melakukan ritual-ritual meminta hujan yang dimata orang-orang beriman sangatlah tidak masuk akal karena tidak berdasarkan standard yang diperintahkan agama, bagaimana dan apa yang harus dilakukan apabila terjadi kemarau panjang dengan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melakukan sholat meminta hujan. Hal mana telah dilakukan pada zamannya Rasulullah shallallahu’alaihi wa Sallam dan zaman masa pemerintahan Halifah pasca wafatnya Nabi.
Masih banyaknya masyarakat islam di negeri ini yang buta terhadap agamanya sehingga mereka melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aqidah islam, seperti yang digambarkan diatas dalam rangka meminta hujan mereka telah melakukan ritual yang sangat jelas syiriknya, karena meminta kepada selain Allah dan melakukan penyembahan-penyembahan berdasarkan tradisi nenek moyang jahiliyah dan sisa-sisa peninggalan kepercayaan animism dan dinamisme yang btidak mengenal tauhid.
Al-Qur’an dan As-sunnah Sebagai Tolok Ukur Tauhid
Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui firman-firmannya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan dan Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam melalui sunnah beliau telah menetapkan tolok ukur bagaimana tauhid seseorang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim.
Fuad bin Abdul AzizAsy-Salhub dalam buku beliau Kumpulan Kultum Setahun mendefinisikan tauhid menurut syari’at adalah mengesakan Allah dengan berbagai macam ibadah bathin maupun lahir, seperti : doa, penyembelihan,nazar dan lain sebagainya. Kebalikan dari istilah tauhid adalah syirik, yakni suatu kezaliman yang paling zalim, karena seorang mukalaf ketika mengingkari hak Pencipta, Pemberi rezeki, Pengatur, Yang menghidupkan, dan yang mematikan, lalu berdoa kepada selain Allah, bernazar untuk selain Allah, atau mengadakan perantara antara dirinya dan Penciptanya yang dia gunakan untuk bertaqarub kepadanya atau memohon kepada-Nya, atau mengalihkan suatu ibadah kepada selain Allah, maka ia telah melampaui batas, berbuat jahat dan zalim.
Allah Ta’ala berfirman dalam surah luqman ayat : 13 :
-
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
K.H Qomaruddin Shaleh , dkk dalam bukunya Ayat-Ayat Larangan & Dan Perintah Dalam Al-Qur’an mengemukakan , bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang hambanya menyimpang dalam bertauhid, sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam Al-Qur’an surah an- Nahl ayat 51- 55 :
وَقَالَ اللّهُ لاَ تَتَّخِذُواْ إِلـهَيْنِ اثْنَيْنِ إِنَّمَا هُوَ إِلهٌ وَاحِدٌ فَإيَّايَ فَارْهَبُونِ “
“
وَلَهُ مَا فِي الْسَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَلَهُ الدِّينُ وَاصِبًا أَفَغَيْرَ اللّهِ تَتَّقُونَ
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
.
ثُمَّ إِذَا كَشَفَ الضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ
-
لِيَكْفُرُواْ بِمَا آتَيْنَاهُمْ فَتَمَتَّعُواْ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Allah berfirman : “Janganlah kamu menyembah dua tuhan, sesungguhnya Dia lah Tuhan Yang Maha Kuasa , maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut. Dan kepunyaan-Nya lah segala yang ada dilangit dan di bumi, dan untuk-Nya lah segala ketaatan itu untuk selama-lamanya . Maka mengapa kamu bertaqwa kepada selain Allah? Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu , maka dari Allah lah ( datangnya ), dan bila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepada Allah-lah kamu meminta pertolongan.Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari kamu, tiba-tiba sebagai dari kamu mempersekutukan-Nya dengan (yang lain), biarlah mereka mengingkari nimat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya)
Selanjutnya dikemukakan juga oleh K.H Qomaruddin , mengakui Alllah Subhanahu Wa Ta’ala, b aik dalam rububiyyah maupun uluhiyah-Nya dinamakan perbuatan bertauhid kepada Allah. Rububiyyah adalah sifat Ketuhanan dan Keesaan Allah dalam hal menciptakan, Memberikan rezeki, Menentukan Taqdir, Menghidupkan dan Mematikan, dan lain-lain. Sedangkan Uluhiyah adalah sifat Ketuhanan dan Keesaan Allah mengenai haknya untuk diibadahi oleh hamba-Nya. Jika seorang hamba cacat dalam bertauhid kepada Allah, baik Rububiyah , Uluhiyah maupun kedua-duanya, maka ia termasuk orang-orang yang akan binasa diakhirat kelak. Sebaliknya bila seorang hamba memiliki ketauhidan yang sempurna, maka ia akan termasuk orang-orang yang berbahagia kelak diakhirat.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 21-22:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُون
“ Wahai manusia , sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia Menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.”
Firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an SurahAl-Mu’-min ayat 14 :
-
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“ Maka sembahlahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya
Selain beberapa firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menyebutkan tentang perintah untuk beriman dan menyembah hanya kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tolok ukur untuk menegakkan tauhid, maka tidak kurang pula Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam telah pula menggariskan wajibnya seorang hamba untuk beriman dan menyembah hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Beberapa hadits agung dan lagi mulia yang menyebutkan perintah dan kewajiban untuk beriman antara lain sebagai berikut :
Dalamsebuah hadits panjang yang diriwayatkan Muslim, dari Abu Sai’id Al Khudri radhiyallahu anhum, bahwasanya orang-orang dari suku Abdul Qais mendatangi Rasullullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata : berilah kami suatu perintah yang akan kami sampaikan kepada orang-orang dikampung kami serta menyebabkan kami masuk surga apabila kami melaksanakannya. Maka Rasullullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Aku perintahkan kepadamu 4 empat( perkara dan aku melarang kamu dari 4 perkara. (Aku perintahkan) 1.Sembahlah Allah dan jangan kamu menyekutukannya dengan suatu apapun, (2) dan seterusnya …
Hadits lain riwayat Muslim, dari Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi radhyallaahu anhum , dia berkata : “ Saya pernah bertanya kepada Rasullulah shallalahu ‘alihi wa sallam , Wahai Rasullulah! Katakanlah kepadaku suatu perkataan tentang islam yang tidak akan saya tanyakan kepada seorangpun sesudah kamu” Beliau menjawab, Katakanlah! Saya beriman kepada Allah lalu konsisten lah ( dengan apa yang kamu ucapkan)”
Dari beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits dari Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang dikutipkan diatas, yang wajib untuk dijadikan tolok ukur dan rujukan bagi kaum muslimin dalam melakukan penilaian segala perilakunya dalam kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan aqidah dan tauhidnya. Apabila apa yang dilakukan tidak bersesuaian dengan kaidah-kaidah baku yang tertera dalam Al-Qur’an dan As-sunnah maka jadi bathil.
Setelah membandingkan prilaku mereka-mereka yang secara sengaja telah melakukan prosesi ritual dengan memberikan sesajen kepada yang dianggap sebagai sang penguasa alam dan para roh-roh, baik yang dilakukan melalui upacara ritual yang dilakukan massal seperti sedekah bumi, sedekah laut dan segala bentuk sedekah lainnya, ataupun yang dilakukan secara perorangan sesuai dengan hajatnya, maka jelas secara nyata semua itu berlawanan dengan perintah tauhid untuk hanya beriman dan menyembah kepadaAllah Yang Maha Esa semata, tidak boleh ditawar-tawar lagi
.
Upacara Ritual Pemberian Sesajen Kepada Penguasa Alam& Roh-roh Halus Adalah Prilaku Syirik.
Dalam Al-Qur’an Surah al-Isra ayat 22 tentang larangan berbuat syirik dan perintah menetapi tauhid , Allah Ta’ala berfirman sebagai berikut :
-
لاَّ تَجْعَل مَعَ اللّهِ إِلَـهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَّخْذُولاً
“ Janganlah kamu adakan tuhan yang lain
Syirik sebagaimana yang didefinisikan dalam Ensiklopedi Islam Insan Kamil susunan Syaikh Muhamad bin Ibrahim bin AQdullah At-Tuwaijiri, ialah menyekutukan Allah Ta’ala dalam rububiyah-Nya dan Uluhiyah-Nya, asma’ (nama-nama) dan sifat-Nya, atau salah satunya. Jika seorang hamba meyakini bahwa ada sang Pencipta atau sang Penolong selain Allah untuk disembah, maka ia telah musyrik. Dan jika ia berkeyakinan bahwa ada yang menyerupai Allah dalam asma’ (nama) dan sifat-Nya, maka ia telah musyrik.
Lebih lanjut dikemukan dalam Ensiklopedi Islam tersebut diatas bahwa, syirik kepadaAllah merupakan kezaliman yang sangat besar. Hal ini karena seorang yang berbuat syirik berarti telah menodai hak prioritas Allah atas hamba-Nya, yaitu mentauhidkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya. Tauhid merupakan puncak segala keadilan, sedangkan syirik merupakan puncak segala kezaliman. Dengan berbuat syirik berarti telah merendahkan Tuhan semesta alam, ingkar dari ketaatan kepada-Nya, memalingkan hak-Nya kepaa yang lain dan menggantikan tempat-Nya untuk tempat yang lain. Karena besarnya bahaya syirik, maka setiap orang yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik, Allah tidak akan mengampuninya. Firman Allah Ta’ala :
-
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakinya ( QS. An-Nisaa; : 48 )
Berdasarkan kepada dalil-dalil yang shahih tersebut diatas, maka secara nyata nampak kesyirikan yang dilakukan oleh sebagian orang yang mengaku sebagai muslim melalaui prilaku upacara ritual yang mereka selenggarakan ,dengan memberikan sesajen kepada yang diyakini sebagai penguasa alam baik berupa makhluk-makhluk atau roh-roh agar memberikan perlindungan, sedangkan permohonan perlindungan kepada selain Allah berarti telah mensekutukan Allah dengan yang lain. Dan ini namanya kesyirikan yang nyata dan haram hukumnya dilakukan oleh kaum muslimin.
Dalam buku Kumpulan kultum Setahun oleh Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy-Syalhub dikemukakan bahwa diantara kesyirikan adalah berlindung kepada selain Al;lah Ta’ala dalam mencegah bahaya. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Jin : 6 “
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“ Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan “.
Diantara kesyirikan adalah meminta pertolongan kepada jin atau semacamnya untuk mencegah bahaya, mendapatkan manfaat atau meminta pertolongan dengan orang-orang yang telah mati yang tidak tahu tempatnya ( gaib ) yang dikenal dengan sebutan leluhur.
Allah Ta’ala memerintahkan kepada manusia agar memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan makhluk –Nya di dalam Al-Qur’an Surah Al-Falak :ayat 1 – 5 :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“ Katakanlah : Aku belindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul , dan kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki. “
Rasullulah shalalahu ‘alaihiwa sallam bersabda :
“ Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan ,maka mintalah pertolongan kepada Allah “ ( HR At-Tirmidzi dan Ahmad )
Persembahan/pemberian sesajen kepada makhluk gaib agar tidak menganggu dan diharapkan dapat memberikan keselamatan , berarti meyakini dan mengakui adanya eksistensi makhluk selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dapat memberikan keselamatan. Padahal hanya Allah Yang Maha Kuasa sajalah yang dapat memberikan keselamatan dan kemudharatan kepada hambanya, selain Dia tidak ada yang kuasa berbuat seperti yang diperbuat oleh Allah.
Allah Yang Maha Esa tidak pernah meminta atau memerintahkan kepada makhluknya untuk mempersembahkan sesuatu berupa sesajen. Allah hanya memerintahkan kepada manusia untuk menyembahnya dengan melakukan sholat. Pemberian sesembahan berupa sesajen kepada makhluk gaib berupa jin penunggu suatu tempat sebenarnya hanya dilakukan oleh leluhur yang pada zaman itu masih jahil dan menganut aninisme. Kalau perbuatan seperti itu dilakukan setelah diutusnya Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang telah menyampaikan risa’lah islam kepada umat manusia, maka berarti telah berbuat kesyirikan namanya.
Allah telah memerintahkan pada hambanya agar melaksanakan ajaran islam secara menyeluruh, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 208 :
“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”|
K.H Qomarudin Shaleh dalam bukunya Larangan-larangan dan Perintah Dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa ayat yang agung ini secara total dalamkehidupannya dan menjauhi langkah-langkah syetan yang menyesatkan. Tidak ada kebaikan yang sempurna dalamsetiap hirupan nafas manusia kecuali mengimani dan mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh. Dan tidak ada keburukan yang sempurna dikolong langit ini kecuali dengan mengikuti saran-saran setan yang celaka.
Dari penjelasan tersebut diatas, maka bagi mareka yang btelah menyatakan dirinya sebagai seorang muslim, maka wajib baginya untuk masuk kedalam islam secara menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Atau dengan kata lain, apabila sudah mengakui bahwa Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, maka wajib baginya untuk meninggalkan apa saja yang dapat menimbulkan kesyirikan. Yaitu hanya mengakui Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutunya. Tidak ada yang dapat menolong dan memberikan perlindungan, kecuali Allah.
Qayyim Al-Zaujiyah rahimahullaah dalam buku beliau Mengetuk Pintu Ampunan Meraih berjuta Anugerah mengatakan : hakikat syirik itu adalah menyerupakan makhluk dengan Allah Pencipta semesta dalam arti yang sebenarnya ,bukan sekedar penyerupaan sifat-sifat kesempurnaan yang Allah sifatkan pada Zat-Nya dan disifatkan oleh Rasullullah shallalhu ‘alaihi wa sallam. Lalu orang yang dibalikkan hatinya oleh Allah , yang dibutakan mata hatinya , disusahkan penghidupannya, akan memahami nya dengan kontra persepsi, mengubah tauhid menjadi syirik, dan menjadikan penyerupaan sebagai bentuk pengagungan dan ketaatan. Maka , seorang yang musyrik adalah orang yang menyerupakan makhluk dengan Sang Maha Pencipta. Termasuk kekhususan ketuhanan adalah keesaan dalam otoritas bahaya dan keselamatan,pemberian dan penolakan. Ini berkonsekwensi pada penggantungan doa , rasa takut , harapan dan kepasrahan hanya kepada-Nya semata. Maka, siapa yang menghubungkan semua itu dengan makhluk, dia telahmenyerupakannya dengan Sang Maha Pencipta , menjadikan orang yang tidak mempunyai otoritas apapun pada keselamatan, bahaya, kematian, kehidupan, kebangkitan.
Allah Ta’ala berfirman dalam Qur’an Surah Al-An’am ayat 151 :
قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلاَدَكُم مِّنْ إمْلاَقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُواْ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“ Katakanlah : Mari kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhan-mu , yaitu : Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia “
Berkenaan dengan ayat tersebut diatas KH. Qomarudin Shaleh dkk dalam bukunya Ayat-ayat Larangan dan Perintah DalamAl-Qur’an menyebutkan : syirik adalah mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah atau menganggap bahwa selain dari Allah ada sesuatu yang dapat memberikan manfaat maupun mudharat kepada manusia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Ab dullah bin Mas’ud radhyallahu anhum bertanya kepada Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam :
“ Apakah dosa yang paling besar menurut Allah? , Rasullulah shalalahu ‘alaihi wa saalm bersabda : “ yaitu jika engkau membuat tandingan bagi Allah , padahal Dia-lah yang Menciptakan mu “
Selanjutnya disebutkan juga oleh KH. Qomarudin Shaleh dalam buku yang dimaksudkan diatas bahwa :Syirik pada hakekatnya meruapakan peribatan kepada hawa nafsu dan setan. P:adahal hawa nafsu dan setan merupakan penghalang bagi jirwa dan rohani untukmengenal sifa-sifat Allah. Demikianlah yang terjadi dengan kaum musyrikin , mereka menyembah hawa nafsu danmemenuhi segala keinginan hawa nafsu. Akhirnya , merekapun dengan lancangnya berani menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
Sesungguhnya penyebab dari segala radzilah ( kehinaan ) adalah perbuatan syirik kepada Allah . Perbuatan syirik hanya dilakukan oleh orang yang tidak mau menggunakan akaldan mata hati nya sejalan dengan dalil. Orang demikian akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan dan lautan kegelapan. Ia terlepas dan perpisah jauh dari hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dalam buku Fathul Majid Penjelasan Kitab Tauhid ( Membersihkan aqidah Dari Racun Syirik) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh yang din tahqik oleh Syaikh Abdul Aziz Abdullah Bin Baz, disebutkan bahwa syirik adalah menyerupakan makhluk dengan Al-Khalik ( Allah ) Subhanuhu Wa Ta’ala dalhal-hal yang merupakan sifat-sifat khusus Ilahi, yang berupa kemahakuasaan merupakan bahaya dan mengaruniakan manfaat, member dan menahan pemberian, yang mengharuskan ketergantungan berdoa, rasa takut,berharap, bertawakkal dan macam-macamibadaha lainnyaklepadaAllah saja. Barang siapa menggantungkan hal itu dengan Allah dan menjadikan orang yang tidak berkuasa menentukan bahaya,kematian,kehidupan, dan kebangkitan sebagai sosok yang serupa dengan Dzat yang memiliki segala pujian, seluruh kerajaan, kepada-Nya semua urusan dikembalikan dan ditangan-Nya semua kebaikan. Kendalui semua urusan ada ditangan-Nya dan kembali kepada-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
K e s i m p u l a n
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada sebagian kaum muslimin dewasa ini yang masih melakukan perbuatan jahiliyah yang diwarisi dari kepercayaan aninisme dan dinamisme , berupa permintaan pertolongan dan perlindungan dengan memberikan sesajen sebagai persembahan kepada sesuatu selain Allah karena diyakini sesuatu tersebut dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada mereka. Dengan dalih sebagai tradisi budaya dari leluhur yang perlu dipertahankan dan dilestarikan.
2. Al-Qur-an dan As -sunnah secara gamblang dan tegas menyatakan bahwa meminta pertolongan dan perlindungan , wajib hanya disampaikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena Allah Ta’ala lah yang berhak untuk disembah dan dimintai perlindungan serta pertolongan. Permintaan perlindungan dan pertolongan kepada selain Allah sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dengan memberikan sesajen kepada roh-roh dan makhluk halus yang dianggap sebagai penguasa alam, telah menyalahi syar’iat.
3. Al-Qur’an dan as-sunnah adalah tolok ukur untuk menilai apakah prilaku dalam kehidupan kaum muslimin sudah sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah melalui wahyunya dan yang disabdakan oleh Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits beliau , dan apabila ternyata tidak bersesuaian maka tertolak atau bathil.
4. Karena permintaan pertolongan dan perlindungan kepada sesuatu yang dianggap sebagai penguasa alam dan roh-roh makhluk halus yang dilengkapi dengan pemberian sesajen sebagai bentuk persembahan, merupakan kepercayaan yang bathil dan bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-sunnah adalah termasuk dalam katagori menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia termasuk syirik.
Wallaahu Ta’ala ‘alam.
B ahan bacaan :
1. Al-Qur’an dan terjemahan oleh Departemen Agama RI.
2. Ringkasan Shahih Bukhari oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Bani.
3. Ringkasan Shahih Muslim oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Bani.
4. Ayat-ayat Larangan dan Perintah dalam Al-Qur’an oleh K.H Qomaruddin Shaleh dkk.
5.Fathul Majid Penjelasan Kitab Tauhid oleh Syaikh Abdrurrahman Alu Syaikh.
6. Ensiklopedi Islam Al-Kami oleh Syaikh Muhammadbun Ibrahin bin Ab ddulah At-Tuwaijiri.
7. Kumpulan kultum Setahun oleh Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub.
8. Pemurnian Akidah oleh Abu Bakar Al-Jazairi.
9. Mantan Kiai NU Meluruskan Ritual-Ritual Kiai Ahli Bid'ah Yang Dianggap Sunnah
Diselesaikan waktu dhuha .15 Dzulqa’idah 1432 H/13 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar