Seterang apapun matahari rembang petang akan
menjemput ,perlahan dia meredup dan diujung senja menjadi padam
Begitulah
pula sebuah kehidupan niscaya ajal akan menjemput
Kematian adalah sebuah keniscayaan bagi setiap anak manusia
.Wajibnya
mengimani kematian
Setiap anak manusia wajib beriman kepada kematian
sebagai sebuah ketentuan yang telah digariskan dalam takdir oleh Allah ta’ala.
Akan hal ini disebutkan dalam hadits Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi:
سنن الترمذي ٢٠٧١: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ
حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ أَنْبَأَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيِّ
بْنِ حِرَاشٍ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِأَرْبَعٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنِّي مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ بَعَثَنِي بِالْحَقِّ وَيُؤْمِنُ بِالْمَوْتِ وَبِالْبَعْثِ
بَعْدَ الْمَوْتِ وَيُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا النَّضْرُ
بْنُ شُمَيْلٍ عَنْ شُعْبَةَ نَحْوَهُ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ رِبْعِيٌّ عَنْ رَجُلٍ
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي دَاوُدَ عَنْ شُعْبَةَ عِنْدِي أَصَحُّ
مِنْ حَدِيثِ النَّضْرِ وَهَكَذَا رَوَى غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيٍّ
عَنْ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا الْجَارُودُ قَال سَمِعْتُ وَكِيعًا يَقُولُ بَلَغَنَا أَنَّ
رِبْعِيًّا لَمْ يَكْذِبْ فِي الْإِسْلَامِ كِذْبَةً
Sunan Tirmidzi 2071: dari 'Ali dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia
mengimani empat hal; Bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah)
selain Allah dan aku adalah Muhammad utusan Allah yang Dia utus dengan membawa
Al Haq (kebenaran), beriman kepada adanya kematian, beriman kepada adanya hari
kebangkitan setelah kematian, dan beriman kepada taqdir
Setiap
makhluk bernyawa niscaya merasakan kematian
Allah ta’ala berfirman dalam al-qur’an yang
tercantum dalam beberapa surah antara lain :
1. surah Al 'Ankabuut (29)\Ayat 57-
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya :Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah
kepada Kami kamu dikembalikan.
2.Surah Al Anbiyaa' (21)ayat 35-
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya :Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
3. Surah.Az-Zumar (39)ayat 30-
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).
Allah
ta’ala yang menghidupkan dan yang mematikan
Allah yang Maha Pencipta sesungguhnya berkuasa untuk
menghidupkan dan kemudian berkuasa pula untuk mematikan setiap makhluk yang
bernyawa, sebagaimana yang
difirmankannya dalam al-Qur’an Ad
Dukhaan (44)
Ayat 8-:
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ
آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menghidupkan dan Yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang
terdahulu.
Selain itu banyak pula ayat-ayat dalam al-Quran yang
membicarakan tentang berkuasanya Allah ta’ala menghidupkan dan memataika seperti yang tercantum dalam surah Al Mulk
(67)Ayat 2 :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Selanjutnya dalam al-qur’an Al Hadiid (57)Ayat 2
disebutkan :
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan
mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Begitu pula dalam surah At Taubah (9)Ayat 116
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ اللّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يُحْيِـي
وَيُمِيتُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia
menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong
bagimu selain Allah.
Surah Yunus (10) ayat 56 menyebutkan :
هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan.
Demikian pula dalam al-Qur’an surah Al Mu'minuun
(23)
Ayat 80 Allah
ta’ala berfirman :
وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang
(mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?.
Sedangkan dalam al-Qur’an surah Al Mu'min (40)
Ayat 68:
هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى أَمْرًا
فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan
sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.
Kematian
tidak dapat ditolak/dihindari manusia
Sesungguhnya kematian bagi setiap makhluk bernyawa
merupakan kepastian yang tidak dapat ditolak dan dihindari. Kematian tidak
mengenal batas umur, bayikah, balita, anak-anak, remaja, pemuda, dewasa dan lansia
kah apabila telah sampai batas umur yang digariskan oleh Allah yang Maha
Pencipta. Kematian tidak pernah mengenal dan pilih bulu, perempuankah,
laki-laki kah, rakyat jelata ataukah pejabat, simiskinkah atau sikayakah,
semuanya akan merasakannya.
Kematian bagi setiap insan telah ditentukan oleh
yang menciptakan manusia, karena hanya Allah lah yang berkuasa untuk itu. Allah
ta’ala telah berfirman dalam al-Qur’an surah Al Waaqi'ah (56) Ayat 60
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali
tidak akan dapat dikalahkan.
Meskipun manusia mencoba untuk menghindarkan dari
kematian, namun karena takdir Alla ta’ala telah mendahuinya maka kemanapun manusia
menjauhi kematian itu niscaya akan menemuinya, mengingat kematian itu adalah
sebuah kepastian yang siapapun tidak dapat lari dari nya. Dalam surah Al Jumuah
(62) ayat 8 disebutkan firman Allah
ta’ala :
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ
مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Ketahuilah bahwasanya manusia itu tidak akan dapat
lari dari kematian dan niscaya setiap orang akan menemuinya tanpa diketahui
terlebih dahulu. Karena dengan kematian itu manusia dikembalikan
kepada Allah. Dalam surahAl Jumuah (62) ayat 8 Allah ta’ala berfirman :
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ
مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
Begitu pula dalam al-Qur’an Qaaf (50) ayat 19:
وَجَاءتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ
مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang
kamu selalu lari daripadanya
Kematian
akan mendatangi manusia dibumi manapun dia berada
Dimana saja manusia berada, ajal tidak pernah
mengenal tempat dan kematian akan mendatangi setiap orang meskipun bersembunyi
disuatu tempat . Hal ini digariskan dalam firman Allah ta’ala di surahAn Nisaa
(4) ayat 78 :
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ
فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِ
اللّهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِكَ قُلْ كُلًّ مِّنْ
عِندِ اللّهِ فَمَا لِهَـؤُلاء الْقَوْمِ لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan mereka mengatakan
: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu
bencana mereka mengatakan : "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah : "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun ?
Keterbataan pengetahuan dan ketidak tahuan manusia
tidak saja tentang kapan waktunya ajal datang menjemput, manusia juga tidak
mempunyai pengetahuan dan dapat mempredeksi dimana yang bersangkutan mendapatkan kematiannya. Hal ini ditegaskan
dalam al-Qur’an surah
Luqman (31) ayat 34
إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok .Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Kematian
tidak dapat ditunda-tunda
Kematian bagi setiap insan telah digariskan dalam
takdir Allah ta’ala pertama saat manusia masih berbentuk janin dalam rahim
ibunya. Sehingga bila sudah tiba jadwalnya sesuai dengan catatan yang ada dalam
perbendaharaan Allah ta’ala, tidaklah kematian itu dapat tertunda walaupun dalam
hitungan per sekian detik. Dalam
al-Qur’an surah Al Munaafiqu (63) ayat 11:
وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاء أَجَلُهَا
وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.
Berkaitan dengan itu maka setiap hamba Allah
tidaklah dapat mengusahkan untuk menunda-nunda tibanya kematian dengan dalih
atau alasan apapun , misalnya seperti belum siap untuk mati dll sebagainya.
Setiap orang apabila sudah sampai pada batas umur yang digariskan baik ia masih
bayi, balita, anak-anak, remaja, anak-2 muda, setengah dewasa, dewasa, lansia,
mau atau tidak mau niscaya mati dan
harus menerima kepastian itu.
Kematian
tidak dapat diminta
Kematian sebagai sebuah ketetapan tidak dapat
diminta untuk dapat diajukan karena kematian itu adalah rahasia dan haknya
Allah dan hanya Allah ta’ala yang
mengetahuinya.
Seseorang hamba dilarang untuk meminta agar dapat
dimatikan sedangkan disisi lain Allah ta’ala telah menetapkan jadwal akan
kematian itu mendatangani seseorang, jadwal kematian yang hanya Allah maha
mengetahuinya. Tentang larangan meminta kematian tersebut ditegaskan dalam
hadits Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh imam
Muslim :
صحيح مسلم ٤٨٤٣: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ هَذَا
مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ
إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ
عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا
Shahih Muslim 4843: telah diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, -lalu dia menyebutkan beberapa Hadits di
antaranya; - "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah
meminta mati sebelum datang waktunya. Karena orang yang mati itu amalnya akan
terputus, sedangkan umur seorang mukmin tidak akan bertambah melainkan menambah
kebaikan.'"
Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh imam
Bukhari dalam shahihnya sbb :
صحيح البخاري ٥٢٣٩: حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ
فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي
إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Shahih Bukhari 5239: dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah
seorang dari kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya, kalau
memang hal itu harus, hendaknya ia mengatakan; Ya Allah, hidupkanlah aku jika
kehidupan itu baik untukku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik
bagiku."
Begitu pula Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam
yang diriwayatkan oleh imam Bukhari melarang seseorang untuk berangan-angan
mati karena musibah yang dialaminya :
صحيح البخاري ٥٨٧٤: حَدَّثَنَا ابْنُ سَلَامٍ أَخْبَرَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُلَيَّةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لَا
بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ
خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Shahih Bukhari 5874: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Salam telah mengabarkan kepada kami
Isma'il bin 'Ulayyah dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas radliallahu 'anhu
dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian berangan-angan
untuk mati karena musibah yang menimpanya, kalau memang hal itu harus, hendaknya
ia mengatakan; "Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku,
dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku."
Mengingat
kematian
Sebagai hamba Allah yang hidup matinya tergantung
kepada bagaimana kehendak Allah ta’ala diperintahkan untuk ingat kepada
kematian, agar sejak dini dapat mempersiapkan diri menghadapi kematian yang pasti akan menemuinya. Rasullullah
shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam
at-Tirmidzi dalam sunannya sbb :
سنن الترمذي ٢٢٢٩: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ
حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ أَبُو عِيسَى
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ
Sunan Tirmidzi 2229: Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan
kepada kami Al Fadl bin Musa dari Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
salam bersabda: "Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu
kematian" Berkata Abu Isa: Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abu
Sa'id. Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan shahih gharib.
Begitu pula Ibnu Majah dalam sunannya juga
meriwayatkan hadits :
سنن ابن ماجه ٤٢٤٨: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ
حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
Sunan Ibnu Majah 4248: Telah menceritakan kepada
kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Al Fadl bin Musa dari
Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat
menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian."
Orang yang
paling banyak mengingat kematian oleh Rasullullah shallalahu alaihi wa sallam
disebutkan sebagai mukmin yang utama,
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan
oleh imam Ibnu Majah ;
سنن ابن ماجه ٤٢٤٩: حَدَّثَنَا الزُّبَيْرُ بْنُ بَكَّارٍ
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ فَرْوَةَ
بْنِ قَيْسٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ
كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ
خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا
وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Sunan Ibnu Majah 4249: dari Ibnu Umar bahwa dia berkata; Saya bersama dengan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki Anshar kepada
beliau, lalu dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan
bertanya; "Ya Rasulullah, bagaimanakah orang
mukmin yang utama?" beliau menjawab: "Orang yang paling baik
akhlaknya." Dia bertanya lagi; "Orang mukmin yang bagaimanakah yang
paling bijak?" beliau menjawab: "Orang yang paling banyak mengingat
kematian, dan yang paling baik persiapannya
setelah kematian, merekalah orang-orang yang bijak."
Mempersiapkan diri dengan melakukan berbagai amal
kebaikan adalah salah satu langkah untuk mengingat kepada kematian yang datang
secara tiba-tiba, hal ini ditegaskan dalam
hadits yang diriwayatkan imam at-Tirmidzi :
سنن الترمذي ٢٢٢٨: حَدَّثَنَا أَبُو مُصْعَبٍ عَنْ مُحْرِزِ
بْنِ هَارُونَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا
أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا
مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ
أَدْهَى وَأَمَرُّ
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ
حَدِيثِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ مُحْرِزِ بْنِ هَارُونَ
وَقَدْ رَوَى بِشْرُ بْنُ عُمَرَ وَغَيْرُهُ عَنْ مُحْرِزِ بْنِ هَارُونَ هَذَا وَقَدْ
رَوَى مَعْمَرٌ هَذَا الْحَدِيثَ عَمَّنْ سَمِعَ سَعِيدًا الْمَقْبُرِيَّ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ وَقَالَ تَنْتَظِرُونَ
Sunan Tirmidzi 2228: Telah menceritakan kepada kami Abu Mush'ab dari Muhriz bin Harun dari
Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda: "Segeralah beramal (sebelum kedatangan
tujuh hal, tidaklah kalian menunggu selain kefakiran yang membuat lupa,
kekayaan yang melampaui batas, penyakit yang merusak, masa tua yang
menguruskan, kematian yang menyergap tiba-tiba, Dajjal, seburuk-buruk hal gaib
yang dinanti-nanti, kiamat dan kiamat itu sangat membawa petaka dan sangat
pahit." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib, kami tidak mengetahui
hadits Al A'raj dari Abu Hurairah kecuali dari hadits Muhriz bin Harun.
Dengan mengingat kematian maka sebagai seorang
muslim akan terpacu melakukan keta’atan kepada Allah ta’ala dengan melakukan berbagai amal ibadah dan kebajikan
sesuai yang disyari’atkan menurut al-Qur’an dan as-sunnah. Dengan mengingat
akan datangnya kematian yang tidak diketahui kapan waktunya maka seorang muslim
akan menjauhi dan meninggalkan berbagai kemaksiatan , meninggalkan berbagai
bentuk perbuatan yang berbuah dosa. Dengan mengingat akan kematian maka seorang
muslim senantiasa selalu meminta ampun ( beristigfar ) dan bertaubat dari
segala bentuk kemaksiatan atau kemunkaran yang mungkin pernah dilakukannya.
Wallaahu ta’ala ‘alam
Ujung kota tepian mahakam, 9 Syawal 1437 H
O l e h : Abu
Farabi al-Banjari
Sumber
:
1.Al-Qur’an dan terjemahan, Salafi.DB. 4.0
2.Ensiklopedi kitab hadits 9 imam, Lidwa Pusaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar